Isra dan Mi’raj merupakan salah satu peristiwa  penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad SAW  mendapat perintah untuk menunaikan shalat lima waktu sehari semalam.
Peristiwa isra mi’raj terjadi pada malam 27 Rajab 612 M setahun  sebelum nabi Muhammad hidjrah ke Madinah.Dalam tahun ini Nabi mengalami  dua peristiwa yang menyusahkan dan menyedihkan, Pertama : Abu Thalib  paman beliau yang senantiasa melindungi dan menjaga dari gangguan kaum  Musyrikin Quraisy dalam mendakwahkan ajaran Islam meninggal dunia. Kedua  
: Istri beliau Siti Khadijah yang selalu setia mendampingi beliau dalam  hidup berumah tangga suka maupun duka serta dalam menyebarkan dakwah di  panggil kehadirat Ilahi Rabbi dalam usia 65 tahun. Oleh karena itu maka  tahun itu di namakan “ Umul Huzni “ atau tahun kesedihan dan kedukaan  yang mendalam dalam diri seorang Rasul. Disebabkan kematian dari dua  yang sangat di cintai Nabi, membuat kaum kafir semakin leluasa dan  semakin mengila memusuhi beliau dan ajaran Islam yang di bawanya. Karena  yang ditakuti olah kaum kafir selama ini sudah wafat Yaitu paman beliau  Abu Thalib.
Isra Mi’raj terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun 11 kenabian. Artinya  11 tahun setelah Muhammad diangkat menjadi seorang Rasul. Jika Muhammad  menjadi Nabi pada usia 40 tahun, berarti peristiwa Isra’ Mi’raj itu  terjadi pada saat Muhammad berusia kira-kira 51 tahun. Pada peristiwa  Isra Mi’raj dapat dikatakan terbagi dalam 2 peristiwa yang berbeda.  Dalam Isra, Nabi Muhammad SAW “diberangkatkan” oleh Allah SWT dari  Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa dengan menaiki buraq. Buraq adalah  kendaraan yang tercepat dan tidak ada yang bisa menandingi kecepatannya.  Buraq ini bergerak cepat dari Masjidil Haram sampai Masjidil Aqsa dari  Mekah sampai Yerussalem dalam waktu beberapa jam saja. Lalu dalam Mi’raj  Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang  merupakan tempat tertinggi. Di sini,ketika Nabi sampai ke langit  tertinggi,Allah SWT menyuruh Nabi agar umatnya disuruh shalat 50 kali  sehari.Pada saat itu,Nabi Musa datang dan berkata bahwa perintah itu  teralu berat dan meminta Nabi meminta kepada Allah SWT agar shalatnya  dikurangi. Saat Nabi berhadapan Allah SWT,Nabi meminta shalatnya  dikurangi. Maka,Allah pun mengabulkannya sehingga dikurangi menjadi 45  kali sehari. Tetapi, Nabi Musa meminta kepada Nabi agar mengurangi lagi.  Maka Nabi kembali ke hadapan Allah.Allah menguranginya,namun Nabi Musa  menyatakan kelebihan sehingga terus dikurangi hingga shalat lima waktu  yaitu Subuh (2 rakaat), Dzuhur (4 rakaat), Ashar(4 rakaat), Maghrib (3  rakaat) dan Isya (4 rakaat).
Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang  berharga, karena ketika inilah shalat lima waktu diwajibkan, dan tidak  ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha  seperti ini. Walaupun begitu, peristiwa ini membuat Rasulullah sedih  karena banyak orang yang tidak percaya dengan hal ini,namun ada sahabat  Nabi yang percaya apapun yang dikatakan Nabi Muhammad SAW yaitu Abu  Bakar.Dia mengatakan bahwa yang dikatakan oleh Nabi pasti benar dan Abu  Bakar digelari as-Sidiq yang artinya percaya pada setiap perkataan Nabi  Muhammad SAW.
Ahlus Sunnah mengimani bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  telah di-isra’-kan oleh Allah dari Makkah ke Baitul Maqdis lalu  di-mi’rajkan (naik) ke langit dengan ruh dan jasadnya dalam keadaan  sadar [1] sampai ke langit yang ke tujuh, ke Sidratul Muntaha. Kemu-dian  (beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam) memasuki Surga, melihat Neraka,  melihat para Malaikat, mendengar pembicaraan Allah, bertemu dengan para  Nabi, dan beliau mendapat perintah shalat yang lima waktu sehari  semalam. Dan beliau kembali ke Makkah pada malam itu juga. [2]
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah  Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: “(Jibril) telah datang  kepadaku bersama Buraq, yaitu hewan putih yang tinggi, lebih tinggi dari  keledai dan lebih pendek dari kuda, yang dapat meletakkan kakinya  (melangkah) sejauh pandangannya.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda: “Maka aku menaikinya hingga sampailah aku di Baitul Maqdis,  lalu aku turun dan mengikatnya dengan tali yang biasa dipakai oleh para  Nabi.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Kemudian aku masuk  ke masjid al-Aqsha dan aku shalat dua raka’at di sana, lalu aku keluar.  Kemudian Jibril Alaihissalam membawakan kepadaku satu wadah khamr dan  satu gelas susu, maka aku memilih susu, lalu Jibril berkata kepadaku:  ‘Engkau telah memilih fitrah (kesucian).’”
Lanjut beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Kemudian Buraq tersebut  naik bersamaku ke langit, maka Jibril meminta agar dibukakan pintu  langit, lalu ia ditanya: ‘Siapa engkau?’ Jibril menjawab: ‘Jibril.’  Jibril ditanya lagi: ‘Siapakah yang bersamamu?’ Jibril menjawab:  ‘Muhammad.’ Jibril ditanya lagi: ‘Apakah dia telah diutus?’ Ia  men-jawab: ‘Dia telah diutus.’ Kami pun dibukakan pintu lalu aku bertemu  (Nabi) Adam Alaihissalam. Beliau menyambutku dan men-do’akan kebaikan  untukku. Kemudian Buraq tersebut naik ber-sama kami ke langit kedua,  maka Jibril Alaihissalam mohon dibukakan pintu, lalu ia ditanya: ‘Siapa  engkau?’ Ia menjawab: ‘Jibril.’ Ia ditanya lagi: ‘Siapa yang bersamamu?’  Jibril menjawab: ‘Muhammad.’ Ia ditanya lagi: ‘Apakah dia telah diutus  kepada-Nya?’ Jibril menjawab: ‘Dia telah diutus.’” Kata Nabi: “Maka kami  dibukakan pintu lalu aku bertemu dengan dua orang sepupuku, yaitu ‘Isa  bin Maryam dan Yahya bin Zakaria Alaihimussalam, maka keduanya  menyambutku dan mendo’akan kebaikan untukku.”
(Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan): “Kemudian Buraq  tersebut naik bersama kami ke langit ketiga, maka Jibril Alaihissalam  minta dibukakan pintu, lalu ia ditanya: ‘Siapa engkau?’ Dia menjawab:  ‘Jibril.’ Dia ditanya lagi: ‘Siapa yang bersamamu?’” Dia menjawab:  ‘Muhammad.’ Dia ditanya lagi: ‘Apakah dia telah diutus kepada-Nya?’ Dia  menjawab: ‘Dia telah diutus kepada-Nya.’” Kata Nabi: “Maka kami  dibukakan pintu, lalu aku bertemu Nabi Yusuf Alaihissalam yang telah  dianugerahi setengah dari ketampanan manusia sejagat.” Kata Nabi: “Maka  Yusuf menyambutku dan mendo’akan kebaikan untukku.”
(Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan): “Kemudian Buraq  tersebut naik bersama kami ke langit yang keempat, maka Jibril  Alaihissalam minta dibukakan pintu, lalu ia ditanya: ‘Siapa engkau?’ Dia  menjawab: ‘Jibril.’ Dia ditanya lagi: ‘Siapa yang bersamamu?’ Dia  menjawab: ‘Muhammad.’ Dia ditanya lagi: ‘Apakah dia telah diutus  kepada-Nya?’ Dia menjawab: ‘Dia telah diutus kepada-Nya.’” Kata Nabi:  “Maka kami dibukakan pintu, lalu aku bertemu Idris   Alaihissalam, ia  menyambutku dan mendo’akan kebaikan untukku. Allah Azza wa Jalla telah  berfirman (untuknya): ‘Dan kami telah mengangkatnya ke tempat yang  tinggi.’”
(Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan): “Kemudian Buraq  tersebut naik bersama kami ke langit yang kelima, maka Jibril  Alaihissalam minta dibukakan pintu, lalu ia ditanya: ‘Siapa engkau?’ Dia  menjawab: ‘Jibril.’ Dia ditanya lagi: ‘Siapa yang bersamamu?’ Dia  menjawab: ‘Muhammad.’ Dia ditanya lagi: ‘Apakah dia telah diutus  kepada-Nya?’ Dia menjawab: ‘Dia telah diutus kepada-Nya.’” Kata Nabi  Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Maka kami dibukakan pintu, lalu aku  bertemu dengan Nabi Harun Alaihissalam,  ia menyambutku dan mendo’akan  kebaikan untukku.”
(Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan): “Kemudian Buraq  tersebut naik bersama kami ke langit yang keenam, maka Jibril  Alaihissalam mohon dibukakan pintu, lalu ia ditanya: ‘Siapa engkau?’ Dia  menjawab: ‘Jibril.’ Dia ditanya lagi: ‘Siapa yang bersamamu?’ Dia  menjawab: ‘Muhammad.’ Dia ditanya lagi: ‘Apakah dia telah diutus  kepada-Nya?’ Dia menjawab: ‘Dia telah diutus kepada-Nya.’” Kata Nabi  Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Maka kami dibukakan pintu, lalu aku  bertemu dengan Musa Alaihissalam, lalu ia menyambutku dan mendo’akan  kebaikan untukku.”
(Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan): “Kemudian Buraq  tersebut naik bersama kami ke langit yang ketujuh, maka Jibril  Alaihissalam minta dibukakan pintu, lalu ia ditanya: ‘Siapa engkau?’ Dia  menjawab: ‘Jibril.’ Dia ditanya lagi: ‘Siapa yang bersamamu?’ Dia  menjawab: ‘Muhammad.’ Dia ditanya lagi: ‘Apakah dia telah diutus  kepada-Nya?’ Dia menjawab: ‘Dia telah diutus kepada-Nya.’” Kata Nabi  Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Maka kami dibukakan pintu, lalu aku  bertemu dengan Ibrahim Alaihissalam, yang sedang menyandarkan  punggungnya di Baitul Makmur, di mana tempat itu setiap harinya dimasuki  oleh 70.000 Malaikat dan mereka tidak kembali lagi sesudahnya.”
(Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan): “Kemudian Buraq  tersebut pergi bersamaku ke Sidratul Muntaha yang (lebar) dedaunnya  seperti telinga gajah dan (besar) buah-buahnya seperti tempayan besar.”  Kata Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Tatkala perintah Allah  memenuhi Sidratul Muntaha, maka Sidratul Muntaha berubah dan tidak ada  seorang pun dari makhluk Allah yang bisa menjelaskan sifat-sifat  Sidratul Muntaha karena keindahannya. Maka, Allah Azza wa Jalla  memberiku wahyu dan mewajibkan kepadaku shalat lima puluh kali dalam  sehari semalam.”
(Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan): “Kemudian aku turun  dan bertemu Musa Alaihissalam, lalu ia bertanya: ‘Apa yang diwajibkan  Rabb-mu terhadap ummatmu?’ Aku menjawab: ‘Shalat lima puluh kali.’ Dia  berkata: ‘Kembalilah kepada Rabb-mu dan mintalah keringanan, karena  sesungguhnya ummatmu tidak akan mampu melakukan hal itu. Sesungguhnya  aku telah menguji bani Israil dan aku telah mengetahui bagaimana  kenyataan mereka.’”
Kata Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Aku akan kembali kepada  Rabb-ku.” Lalu aku memohon: “Ya Rabb, berilah keringanan kepada  ummat-ku.” Maka aku diberi keringanan lima shalat. Lalu aku kembali  kepada Musa Alaihissalam kemudian aku berkata padanya: “Allah telah  memberiku keringanan (dengan hanya) lima kali.” Musa mengatakan:  “Sesungguhnya ummatmu tidak akan mampu melakukan hal itu, maka  kembalilah kepada Rabb-mu dan mintalah keringanan.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Aku terus  bolak-balik antara Rabb-ku dengan Musa Alaihissalam sehingga Rabb-ku  mengatakan:
‘Wahai Muhammad, sesungguhnya kewajiban shalat itu lima kali dalam  sehari semalam, setiap shalat mendapat pahala sepuluh kali lipat, maka  lima kali shalat sama dengan lima puluh kali shalat. Barangsiapa berniat  melakukan satu kebaikan, lalu ia tidak melaksanakannya, maka dicatat  untuknya satu kebaikan, dan jika ia melaksanakannya, maka dicatat  untuknya sepuluh kebaikan. Barangsiapa berniat melakukan satu kejelekan  namun ia tidak melaksanakannya, maka kejelekan tersebut tidak dicatat  sama sekali, dan jika ia melakukannya maka hanya dicatat sebagai satu  kejelekan.’”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Kemudian aku turun  hingga bertemu Musa Alaihissalam , lalu aku beritahukan kepadanya, maka  ia mengatakan: ‘Kembalilah kepada Rabb-mu dan mintalah keringanan  lagi.’” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Lalu aku  menjawab: ‘Aku telah berulang kali kembali kepada Rabb-ku hingga aku  merasa malu kepada-Nya.’” [3]
Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata, “Hadits-hadits tentang mi’raj  Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ke langit adalah mutawatir.” [4]
 
 
 
 
 
 
 
 
