
Pemanasan global menimbulkan bencana besar bagi kesehatan. Negara di kawasan tropis paling rawan terkena dampaknya.
Kepedulian terhadap dampak kesehatan itu disuarakan belasan profesional  yang tergabung dalam organisasi bidang kesehatan di dunia. Mereka  menyatakan keprihatinannya, antara lain melalui publikasi dalam jurnal  The Lancet dan British Medical Journal, baru-baru ini.
Keprihatinan itu diutarakan terkait Pertemuan Para Pihak Ke-15 (COP-15)  Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (UNCCC) di Kopenhagen, Denmark,  Desember mendatang.
Dalam publikasi itu, para dokter dan profesi kesehatan lain  berpandangan, kegagalan mencapai kesepakatan dalam negosiasi perubahan  iklim di Kopenhagen akan mendatangkan bencana kesehatan global.  Negara-negara tropis yang sebagian besar negara berkembang, dengan  kondisi kesehatan yang sudah memprihatinkan, akan menerima akibat yang  paling besar.
Berbagai penyakit
Menurut ahli kesehatan masyarakat dari Depkes Lingkungan Fakultas  Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, I Made Jaya, pekan lalu,  pemanasan global merupakan akibat dari rangkaian fenomena yang saling  kait, antara lain pertambahan penduduk, peningkatan permintaan sumber  daya alam, industrialisasi, konsumsi BBM, emisi, peningkatan suhu,  mencairnya es, makin tingginya uap air, dan perubahan arah angin muson.
Dia mencontohkan, dengan pemanasan global, amplitudo suhu makin besar.  Di siang hari, suhu dapat lebih panas dan lebih dingin di malam hari,  tergantung daerahnya. Kondisi itu saja menyebabkan daya tahan tubuh  rawan menurun sehingga manusia mudah terjangkit penyakit.
Hal yang lebih mengkhawatirkan, makin merebaknya penyakit akibat  perubahan musim. ”Dulu, cacar air biasanya pada September dan Oktober.  Masuk musim hujan, pertumbuhan jamur dan virus makin mudah. Namun, kini,  sepanjang tahun terdapat kasus itu,” ujarnya.
Kelangkaan sumber air akibat ketidakteraturan musim dan kegagalan  manajemen air akan berpengaruh terhadap kelangkaan pangan dan penyakit  kurang gizi. Agen penyakit juga gampang bermutasi. Hal ini, misalnya,  terlihat dengan kemunculan kasus flu burung dan influenza A (H1N1).  Virus corona, misalnya, bermutasi sehingga menyebabkan SARS.
Banyak kawasan menghangat sehingga parasit pembawa penyakit, seperti  nyamuk, menyebar ke daerah baru yang tak siap dengan kedatangan pembawa  penyakit itu. (BBC/ AFP/ National Geographics/INE)
 
 
 
 
 
 
 
 
